pict from here |
***
Aku terus mengikutinya dari jauh, merekamnya dengan zoom kameraku. Bahkan sampai akhirnya kusadari isi kameraku hanyalah dia, dengan seribu ekspresi wajah dan tubuhnya! Dan malamnya aku tak bisa tidur. Kulihat senyumnya menghiasi seluruh dinding dan langit-langit kamarku.
Hingga besoknya aku mencarinya ke lobi gedung mahasiswa internasional, dimana para mahasiswa asing sering mangkal.
Dia tak ada di lobi. Tak ada di tiap kelas. Tak ada di koridor. Tak ada di taman. Aku kehabisan ide. Hingga tiba-tiba kudengar tawa seseorang di belakangku. Aku menoleh. Tawa khas itu… ternyata dia! Dia sedang menelepon di box telepon umum.
Aku tak bisa menahan senyum, lega. Kutunggu hingga dia selesai. Dan ketika dia keluar, kulihat matanya membesar melihatku.
”Kamu, yang kemarin ya?” ujarnya dengan bahasa Jepang yang sopan dan ragu-ragu.
Aku hanya tersenyum mengangguk. ”Hide. Panggil saya Hide,” ujarku sambil menunjuk hidung.
Dia membalas menunjuk hidung, lalu menunjuk dada, ”Di Indonesia kami menunjuk jantung jika menunjuk diri sendiri, ” katanya, ” Hajimemashite. Watashi wa Maria desu.” Perkenalkan, saya Maria.
”Ma-ri-a,” ejaku, ”Aa, Maria san, nama yang familiar,” ucapku dengan bahasa Jepang yang mudah dimengerti. Satu masalah terlewati, ternyata dia sudah bisa berbahasa Jepang.
Dan sejak itu aku makin sering berkunjung ke wilayah gedung mahasiswa internasional.
Dan sejak saat itu juga duniaku benar-benar menjadi sebuah dunia baru, yang membuatku bersemangat ketika bangun di pagi hari, dan membuatku segera ingin hari berganti jika akan tidur di malam hari. Sosok Maria menjadi poros hidupku sejak saat itu. Sosok asing yang sungguh membawa warna baru yang penuh daya tarik. Seolah semua yang ada padanya adalah magic.
Dia membuatku menahan nafas ketika mendengarnya bernyanyi di ruang karaoke. Ketika kubilang harusnya dia jadi penyanyi, dia bilang tidak tega menyaingi Mariah Carey. Tentu saja dia hanya bercanda.
Dia membuat mukaku merah ketika dia melakukan strike bertubi-tubi dalam permainan bowling. Jantungku berdebar-debar ketika menyentuh tangannya sembari mengajarinya memainkan alat musik samisen, alat musik petik berdawai tiga, yang katanya mirip alat musik bernama hasapi yang mirip kecapi di kampungnya. Pipiku menghangat ketika dia tepuk lembut, setelah dia mengalahkanku bermain Igo, catur jepang, yang dalam hitungan jam segera dikuasainya setelah aku mengajarinya. Dalam hitungan jam juga dia segera tahu tatacara melakukan upacara teh yang dibacanya dari buku.
Ingin kukecup rambutnya yang segar wangi ketika dia hanya berada beberapa centi meter di depan wajahku, ketika mengajarinya bermain golf. Pikiranku melayang jauh ketika kulingkarkan tangan di pinggang rampingnya sambil mengajarinya memanah, yang dalam waktu singkat segera bisa dikuasainya.
”Hahaha, dulu di kampung kami sering bermain ketapel, menembak burung juga dengan ketapel. Kau tahu ketapel? Karet yang diikatkan pada sebuah kayu kecil dengan peluru batu kerikil,” katanya sambil tertawa. ”Mestinya itu lebih rumit daripada menembak dengan panah atau senjata,” ujarnya sambil tersenyum setelah mengalahkan skorku.
”Tapi kamu payah jika urusan menari,” ledekku.
”Itu hanya masalah waktu,” jawabnya. ”Waktu Bon Odori itu, aku sama sekali belum tahu gerakannya.”
Lalu dia mengajariku tarian khas kampung halamannya, namanya Tortor.
*penggalan novel SPRING karya Almino Situmorang
6 komentar:
weeehh..
tau aja nih gua suka yang berbau jejepangan XD
adain kuis lagi dong, bonus novelnya ini. Kali aja menang. Lumayan kan XD
Wah, kemaren Korea, skrg Jepang.. Ada Spanyol??
hadeuhhh....
aq koq selalu mupeng pengen beli buku tiap baca penggalan2 novel kayak begini, terakhir beli buku kapan y? sampe lupa aq :( hiksssss
Wajib beli nih, apalagi jika sudah baca novel Sparks, nggak mungkin nggak pengen beli buku ini :)
[L]ain: ada lagi kok kuisnya. tunggu aja bulan depan ya :)
inez: spanyol? sedang dijadwalkan :)
gloria: agar tak lupa, coba beli yang ini :)
mino: hehehe.. betul sekali :)
Kesempatan dapat uang terbaik yang ada di seluruh internet saat ini.
Klik Disini
Posting Komentar